Minggu, 14 Desember 2008

Buanglah Sampah Pada Tempatnya


"BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA", kalimat ini pasti sudah sering kita dengar. Tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita telah mematuhinya???
Setiap orang pasti membuang sampah setiap harinya, baik itu sampah dari rumah tangga, puntung rokok, kantong plastik ataupun sampah lainnya.
Saya sendiri paling sebal jika melihat orang merokok di tempat umum, seperti halte bis, di dalam bis, maupun di jalan raya. Kenapa? Karena tempat-tempat tersebut merupakan fasilitas publik yang peruntukannya bagi semua orang, tidak hanya para perokok. Bukankah setiap orang berhak atas udara yang bersih dan bebas dari asap rokok? Rasa sebal itu semakin bertambah jika puntung rokok dilemparkan begitu saja di jalanan, bahkan terkadang tanpa dimatikan terlebih dahulu. Padahal di tempat tersebut tersedia tempat sampah.
Sering kali juga ketika mengendarai motor, saya melihat orang seenaknya melemparkan bungkusan sampah keluar jendela mobilnya. Kemana jatuhnya bungkusan tersebut? Tentu saja ke jalan raya. Saya bertanya dalam hati, apa sulitnya menyimpan dahulu bungkusan tersebut hingga tiba ditujuan, baru kemudian meletakkannya di tempat yang semestinya,yaitu di tempat sampah??? Apakah orang ini tidak pernah diajarkan sopan santun oleh orang tua atau gurunya? Bagaimana jika bungkusan tersebut mengenai orang dibelakangnya?
Tidak heran sungai-sungai di negeri ini banyak yang tertutupi oleh timbunan sampah. Membuang sampah kecil ke tempat sampah saja tidak mau, apalagi sampah yang lebih besar. Mungkin yang ada dalam pikiran mereka, "Ah, cuma sedikit ini saja, gak apa-apa kali!!" Tetapi, bagaimana jika ada seribu orang berpikiran demikian, bagaimana bila itu menjadi sejuta, sepuluh juta, dua puluh juta orang? Bisa habis negeri ini tertupi oleh sampah.
Mari, kita mulai dari diri kita sendiri untuk membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan!!! Kita beri contoh yang baik pada mereka. Saya rasa, masyarakat Indonesia ini masih memiliki rasa malu...
Sekali lagi, "BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA!!!"

Entrepreneur

Apa sebenarnya makna kata entrepreneur?

Istilah entrepreneur diperkenalkan pertama kali oleh seorang ekonom berkebangsaan Irlandia bernama R. Carlton (1697-1734). Carlton mendefenisikan entrepreneur sebagai ahlinya mengambil resiko dalam menghasilkan kombinasi baru berbagai produk atau proses atau dalam mengantisipasi pasar ekspor atau mengkreasikan tipe organisasi baru.

Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, makna terdekat untuk kata tersebut adalah wiraswasta (wi·ra·swas·ta). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wiraswasta bermakna orang yg pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

Dalam perkembangannya, makna kata entrepreneur berkembang menjadi beberapa makna lainnya, antara lain :
  • Entrepreneur adalah orang yang dapat menggali inovasi dan ide-ide baru sehingga menghasilkan barang yang bernilai ekonomis sehingga menghasilkan keuntungan baginya dan juga orang lain.
  • Entrepreneur adalah juga orang yang memimpin suatu industri atau organisasi baru yang dapat melahirkan suatu perubahan struktural, pertumbuhan ekonomi, dan siklus bisnis dengan cara mengkombinasikan berbagai ide ekonomi dan psikologi.
  • Entrepreneur adalah pahlawan yang mampu menciptakan kekayaan melalui inovasi, sebagai pusat pertumbuhan pekerjaan dan ekonomi, dan memberikan mekanisme pembagian kekayaan yang bergantung pada inovasi, kerja keras, dan pengambilan resiko.
Secara sederhana, seorang entrepreneur adalah orang yang berani melawan arus, mengambil resiko, dan memanfaatkan resiko tersebut sehingga menghasilkan sesuatu (barang dan jasa) yang dapat memberikan manfaat kepada dirinya maupun orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pertanyaanya sekarang adalah apakah setiap orang mampu menjadi seorang entrepreneur? Menurut saya, jawabannya adalah BISA.

Selasa, 09 Desember 2008

Berbudi Bawa Laksana

Makna kata berbudi bawa laksana ternyata sangat dalam. Kata tersebut berasal dari sebuah ungkapan peribahasa Jawa, yang secara harafiah memiliki makna “penuh watak luhur lebih”.


Secara lebih mendalam, maksud yang terkandung adalah seorang pemimpin yang memiliki budi pekerti luhur, sifat dan sifat kepribadian yang baik, serta konsisten antara perkataan dan perbuatan.

Bagi masyarakat Jawa sendiri dan secara universal pula, pemimpin yang diidamkan adalah pemimpin yang dapat mengayomi masyarakat dan abdinya. Pemimpin yang dapat mengayomi haruslah mempunyai sifat budi pekerti luhur, kepribadian yang baik, serta konsisten perkataan dan perbuatan. Sebab pemimpin yang berbudi pekerti jelek, apalagi perkataan sering tidak konsisten dengan perbuatan atau bahkan keputusan yang diambil berubah-ubah jelas akan membuat bingung bagi para abdinya.

Sifat bawa laksana dianggap mempunyai nilai yang sangat tinggi, sehingga harus dimenangkan apabila terjadi berbenturan dengan nilai-nilai lain, termasuk didalamnya nilai-nilai keadilan dan kebenaran. Seperti telah disebutkan diatas, etika bawa laksana ini mengandung nilai yang bersifat universal. Di mana pun dan kapan pun juga, sikap tersebut pasti diakui sebagai mengandung nilai filsafat yang baik dan perlu dipegang teguh oleh semua orang.

Kemudian, bagaimana dengan etika bawa laksana para pemimpin negeri ini? Anda tentu, barangkali, sudah dapat memberikan penilaian yang tepat bagi mereka.